Bukan Babarsari Namanya Kalau Nggak Disebut Gotham City, Never Ending Story
Berbicara tentang Gotham City, yang terlintas di pikiran pastilah kota yang gelap dan suram di film tersebut. Batman. Sebuah kota di mana semua jenis kejahatan dikumpulkan, digabung menjadi satu. Mulai dari kejahatan kelas kecil hingga kelas atas. Untungnya, di kota yang penuh dengan dunia hitam, hal ini diimbangi dengan kemunculan seorang pahlawan dalam bentuk manusia kelelawar. Dialah yang kita kenal sebagai Batman.
Beberapa tahun yang lalu, menceritakan lelucon Gotham City mulai dikenal masyarakat Yogyakarta. Istilah ini terikat pada sebuah daerah yang disebut Babarsari yang terletak di kabupaten Sleman Yogyakarta. Bukan tanpa alasan Babarsari masih dikenal sebagai Gotham City, karena lingkungannya dianggap hampir mirip dengan kota legendaris dari film tersebut. Batman di.
SCBD / Kredit: Twitter Jogjamnfs
Hampir setiap saat terjadi sesuatu di Babarsari. Entah itu siang bolong, tengah malam, hingga dini hari
Baru-baru ini, istilah “Kota Gotham a la Babarsari” kembali muncul di media sosial. Hal ini difasilitasi oleh konflik yang melibatkan kelompok etnis dari luar daerah beberapa hari lalu. Bukan rahasia lagi kalau Babarsari dikenal sebagai tempat berkumpulnya para pemuda Indonesia Timur dari Maluku, Papua, NTT dan sebagainya. Seorang pemuda yang dikenal gagah, garang dan berisik, meskipun ada juga beberapa teman saya dari timur yang ketika berkelahi dengan pasangannya langsung kehabisan tenaga, menangis sedikit. Sungguh tidak tulus, seperti babar blasa pemuda timur!
Sebenarnya belum ada konflik seperti itu akhir-akhir ini, tetapi telah terjadi beberapa kali dan terus berulang dari waktu ke waktu. Dapat dikatakan bahwa kawasan SCBD ala Jogja yang merupakan singkatan dari Seturan Concat Babarsari Demangan ini memiliki program rutin tersendiri.
Pada tahun 2018 juga terjadi bentrok antarsuku yang tiba-tiba meradang di lingkungan tersebut. Belum lama ini, pada tahun 2020 terjadi konflik antara ojol dan DC. 2021 turun Acara diisi dengan bentrokan antar kelompok suporter sepak bola. Pada tahun yang sama, terjadi penusukan di Babarsari yang mengakibatkan bentrokan antara dua suku yang berbeda. Ini hanya beberapa dari mereka yang menerima Momen dasar dari publik dan juga netizen. Belum lagi kerusuhan antar mahasiswa, warga sekitar, organisasi akar rumput dan rentetan kerusuhan lainnya. Sepertinya jika Batman tinggal di Babarsari, dia ingin keluar di malam hari, dia akan memikirkannya juga. Lebih baik tidur di rumah, tidak mengancam apa-apa, setidaknya dianggap pengangguran.
Anda dapat menemukan semua jenis kehidupan malam di daerah tersebut. Mulai dari karaoke, spa center, hingga diskotik. Jika dicermati lebih lanjut, wajar juga jika wilayah Babarsari memiliki potensi konflik yang lebih besar dibandingkan wilayah Jokya lainnya, khususnya Kabupaten Sleman. Beberapa penyebabnya adalah jumlah penduduk yang berbeda kebangsaan dan suku dengan perbedaan yang berbeda, serta banyaknya pusat hiburan malam.
Meski kerusuhan besar paling sering melibatkan kelompok antar suku dari luar daerah, bukan berarti semua pendatang dari timur di kawasan Babarsari ikut rusuh. Banyak juga kejadian yang melibatkan warga sekitar yang membuat heboh di sekitar Babarsari. Lagi pula, tidak semua penduduk timur di wilayah itu bekerja di “dunia hitam”. Banyak dari mereka juga datang ke Jokyu untuk belajar.
24 jam tanpa istirahat adalah hidup di Babarsari
Setiap kali orang membicarakan Babarsari, orang sering langsung fokus pada kehidupan malam. Memang, Babarsari sendiri seperti kota di dalam kota. Kilauan lampu toko, bar, dan diskotik menghiasi jalanan dari ujung ke ujung. Namun, Babarsari adalah periuk nasi bagi banyak orang yang akan mencoba peruntungan di dalamnya. Lihat saja, Anda pasti bisa dengan mudah menemukan berbagai jenis ojol dengan warna jaket berbeda yang populer di setiap toko atau warung makan, menunggu pesanan masuk. Memilih jajanan untuk membeli baju juga bukan tugas yang sulit di daerah tersebut.
Kehidupan di Babarsari hampir 24 jam nonstop. Orang-orang saling bertarung untuk memenuhi kebutuhan hari demi hari di wilayah tersebut. Terkadang bagi saya pribadi, istilah “Kota Gotham” tampak terlalu menakutkan dan berlebihan untuk dikaitkan dengan Babarsari. Saya sendiri lebih suka mengatakan bahwa apa yang terjadi di Babarsari lebih seperti kehidupan bar ala GTA. Hari ini kita bisa melihat orang-orang berkelahi di pinggir jalan, keesokan harinya ada agenda bentrokan antara geng Ballas dan Los Santos Vagos. Kengerian!
Namun, kita semua berharap konflik dan insiden seperti itu tidak akan terjadi lagi. Jika tidak bisa, minimal kurangi. Cukup UMR Jogja rendah, tingkat keamanan juga tidak boleh dilibatkan.
Related Posts

6 Band Indonesia yang Semakin Meredup Lantaran Ditinggal Sang Vokalis

11 Film Tentang Suporter Fanatik dalam Sepak Bola. Anak Bola Wajib Nonton!

Sederet Kejadian ini Jadi Bukti Kalau Cewek itu Nggak Selalu Benar. Masih Sering Disalahin Juga :(
About The Author
Alan Adams
PROJECTCHAPMAN3D - Situs Berita Online Trending Game Terkini